*MEMBONGKAR KELICIKAN HTI YANG TERTOLAK DI SELURUH DUNIA*
*Apa Yang Sedang Dilakukan oleh HTI?*
Prabowo menolak hasil _quick-count_. Anda geleng-geleng kepala dan tertawa, tak percaya masih ada orang halusinasi seperti itu. Lucu?
*Seharusnya Anda khawatir!* Sebab, sesuatu yang lebih besar dan sistematis tengah terjadi di bawah permukaan. Dan, yang sedang terjadi namun tak terlihat ini, *yang di-orkestrasi oleh organisasi terlarang HTI dan kelompok pendukung khilafah lainnya*, sangat berbahaya bagi masa depan Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika.
Berikut ini 14 poin garis besar strategi dan argumen HTI dkk tersebut, agar kita bisa mengantisipasi:
1. Kelompok HTI tengah melancarkan propaganda (lewat ceramah para ustad) bahwa, sejak Indonesia menggunakan sistem *Demokrasi Langsung* atau *Pemilihan Presiden secara Langsung* (tahun 2004), kelompok Islam semakin tersingkir. Argumentasi mereka, sistem Pemilihan Langsung memungkinkan orang-orang yang memilih adalah gabungan dari "orang baik" dan "orang jahat". Karena "orang jahat" ikut memilih, hasilnya tak memihak Islam (maksudnya HTI). Bagi HTI, yang boleh memilih Presiden atau Khalifah hanyalah orang-orang terpilih, yang mereka anggap sebagai "orang baik".
2. Kelompok HTI selalu mengingatkan peristiwa tahun 1999, di saat Megawati Soekarnoputri berhasil digagalkan menjadi presiden berkat kehadiran "orang-orang baik" (versi mereka) di lembaga tertinggi negara, yakni MPR. Waktu itu, merek bisa mencegah Megawati jadi presiden walaupun PDIP menang pemilu. Harap diingat, yang dianggap sebagai orang jahat/setan/musuh Islam oleh HTI adalah *Megawati Soekarnoputri* (+ Puan Maharani) dan *Surya Paloh*. Partai yang dianggap sebagai rumah setan adalah PDIP + Nasdem (sekarang + PSI), dan juga Metro TV. Kompas dan Kompas TV sudah keluar dari _black list_ mereka. Anggota dan simpatisan HTI haram memilih caleg PDIP, Nasdem dan PSI, serta haram menonton Metro TV.
3. Kelompok HTI menawarkan Indonesia kembali ke sistem dimana presiden dipilih oleh MPR (gubernur dan bupati/walikota dipilih DPRD). Ini tawaran jalan tengah mereka. Sistem MPR lebih mendekati sistem khilafah yang mereka cita-citakan. Jangan kaget bila nanti ada gerakan kembali ke UUD 45 yang asli, tanpa amendemen. *HTI ingin membunuh Demokrasi*. HTI merasa akan lebih mudah mengendalikan MPR dan DPRD dibandingkan memenangkan Pemilihan Langsung.
4. HTI berstrategi akan menghancurkan instrumen-instrumen yang menjadi penopang sistem Demokrasi Langsung dan Pemilihan Langsung. Instrumen-instrumen tersebut adalah *KPU dan lembaga survey*. KPU dan lembaga survey harus di-delegitimasi, dihancurkan citranya. Hancurkan dari luar maupun dari dalam.
5. Inilah strategi HTI menghancurkan lembaga survey dari dalam: kacaukan hasil survey. *Setiap survey membutuhkan responden*. Kalau anggota HTI (termasuk PKS dan FPI) terpilih sebagai responden survey, mereka akan memberi jawaban yang mengecoh. Misalnya, mengaku pilih Gerindra padahal hatinya pilih PKS. Mengaku pilih Jokowi padahal saat pencoblosan akan pilih Prabowo. Mereka akan delegitimasi hasil survey (seperti sudah terjadi dalam Pilgub Jabar dan Jateng, serta di Pilpres). Mereka berupaya membuat hasil survey-survey menjadi salah dan tidak akurat. Kalau saja 5% responden survey menjawab secara ngaco, hasil survey akan meleset. Ini strategi mereka.
6. Lalu, inilah cara HTI untuk menghancurkan KPU: *Susupi dan kacaukan dari dalam*. Orang-orang HTI di dalam KPU (juga Bawaslu) melakukan rekayasa kecurangan-kecurangan untuk kemudian mereka _blow-up_ sendiri.
7. HTI akan terus mendorong aksi tolak hasil quick count dan hasil penghitungan KPU (kecuali kalau calon mereka menang). Ini penting *agar pengikut dan simpatisan HTI merasa sebagai kaum yang terzolomi*. Delegitimasi hasil penghitungan KPU terutama akan dilakukan di daerah-daerah dimana Prabowo menang. Masyarakat di daerah-daerah tersebut akan lebih percaya telah terjadi kecurangan karena mereka hanya melihat di sekitarnya saja, di TPS dan desa masing-masing. Perasaan telah dicurangi dan dizolimi akan terus digelorakan.
8. Strategi berikutnya dari HTI adalah *mengisolir para pendukung*. Sebelum pemilu, anggota dan simpatisan HTI diminta untuk keluar dari grup-grup WA keluarga (yang beragam) agar tak terjebak dalam perang saudara dan tetap bisa menjaga silaturahmi. HTI bertujuan mengisolir para anggota san simpatisannya dari pengaruh dan argumentasi pihak-pihak lawan. Anggota dan simpatisan hanya diperbolehkan mengikuti berita yang tersebar di WAG-WAG yang berafiliasi ke kelompok khilafah. Berita politik hanya boleh ditonton di TV One.
9. Strategi HTI mengisolir pendukung dilakukan hingga tingkat keluarga, khususnya keluarga inti. Bagi HTI, keluarga adalah pusat dari gerakan. Karena itu, ada kebijakan anggota keluarga HTI tidak boleh menikah dengan orang-orang beda ideologi (yang percaya Pancasila atau yang NU). *HTI mendorong perjodohan sesama anggota dan simpatisan, kegiatan taaruf, poligami dan banyak anak*. Pergaulan dan pacaran dilarang.
10. HTI mendorong para anggota dan simpatisan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi yang eksklusif. *Anggota harus mengutamakan memilih dan memberi produk, bank dsb yang diproduksi/dimiliki sesama ikhwan (umumnya elite HTI)*. Mereka menjadikan kegiatan belanja menjadi bagian dari jihad, agar ekonomi kelompok terjaga.
11. Strategi lain HTI adalah *menyusup ke birokrasi dan pendidikan, serta kuasai BUMN-BUMN*. Ini bagian dari strategi besar HTI masuk ke lembaga-lembaga negara. Susupi birokrasi, pendidikan dan BUMN lewat mesjid-mesjidnya dan pengajian-pengajiannya. Radikalisasi para pegawai negeri, pegawai BUMN dan guru serta dosen. Selain itu, anggota dan simpatisan HTI harus saling mendukung dalam karir dan pendidikan. *Berikan beasiswa ke sesama anggota dan simpatisan HTI*.
12. Salah satu strstegi penting HTI lainnya adalah membanjiri konten-konten internet dan media sosial dengan buatan dan narasi mereka. Bagi HTI, yang penting adalah jumlah, bukan kualitas. Kenapa jumlah penting? Di era googling dan Youtube, konten bagus bisa ditutup konten yang populer. HTI punya pasukan khusus untuk menguasai kata kunci di Google dan Youtube. *Di era internet dan media sosial, konten adalah kunci!*
13. Perjuangan anggota dan simpatisan HTI *tak akan berakhir di tahun 2019 ini*. Gerakan dan provokasi mereka akan terus berlanjut ke depan, dari pemilu ke pemilu, dari pilkada ke pilkada, dan akan semakin besar.
14. *Gerakan khilafah akan berkolaborasi dan menunggangi siapa saja*, di setiap jenis pemilihan (sejak pemilihan RT dan ketua kelas), agar bisa terus menerus mengkonsolidasi pasukan loyalis. Tujuan mereka bukan semata kemenangan, tetapi konsolidasi dan delegitimasi Pemilihan Langsung dan Demokrasi Langsung.
Sahabat-sahabat, tengoklah di sekitar Anda. Apakah argumen dan strategi HTI di atas dapat tercium di sekitar Anda?
*Waspadalah! Lawanlah!*
*Apa Yang Sedang Dilakukan oleh HTI?*
Prabowo menolak hasil _quick-count_. Anda geleng-geleng kepala dan tertawa, tak percaya masih ada orang halusinasi seperti itu. Lucu?
*Seharusnya Anda khawatir!* Sebab, sesuatu yang lebih besar dan sistematis tengah terjadi di bawah permukaan. Dan, yang sedang terjadi namun tak terlihat ini, *yang di-orkestrasi oleh organisasi terlarang HTI dan kelompok pendukung khilafah lainnya*, sangat berbahaya bagi masa depan Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika.
Berikut ini 14 poin garis besar strategi dan argumen HTI dkk tersebut, agar kita bisa mengantisipasi:
1. Kelompok HTI tengah melancarkan propaganda (lewat ceramah para ustad) bahwa, sejak Indonesia menggunakan sistem *Demokrasi Langsung* atau *Pemilihan Presiden secara Langsung* (tahun 2004), kelompok Islam semakin tersingkir. Argumentasi mereka, sistem Pemilihan Langsung memungkinkan orang-orang yang memilih adalah gabungan dari "orang baik" dan "orang jahat". Karena "orang jahat" ikut memilih, hasilnya tak memihak Islam (maksudnya HTI). Bagi HTI, yang boleh memilih Presiden atau Khalifah hanyalah orang-orang terpilih, yang mereka anggap sebagai "orang baik".
2. Kelompok HTI selalu mengingatkan peristiwa tahun 1999, di saat Megawati Soekarnoputri berhasil digagalkan menjadi presiden berkat kehadiran "orang-orang baik" (versi mereka) di lembaga tertinggi negara, yakni MPR. Waktu itu, merek bisa mencegah Megawati jadi presiden walaupun PDIP menang pemilu. Harap diingat, yang dianggap sebagai orang jahat/setan/musuh Islam oleh HTI adalah *Megawati Soekarnoputri* (+ Puan Maharani) dan *Surya Paloh*. Partai yang dianggap sebagai rumah setan adalah PDIP + Nasdem (sekarang + PSI), dan juga Metro TV. Kompas dan Kompas TV sudah keluar dari _black list_ mereka. Anggota dan simpatisan HTI haram memilih caleg PDIP, Nasdem dan PSI, serta haram menonton Metro TV.
3. Kelompok HTI menawarkan Indonesia kembali ke sistem dimana presiden dipilih oleh MPR (gubernur dan bupati/walikota dipilih DPRD). Ini tawaran jalan tengah mereka. Sistem MPR lebih mendekati sistem khilafah yang mereka cita-citakan. Jangan kaget bila nanti ada gerakan kembali ke UUD 45 yang asli, tanpa amendemen. *HTI ingin membunuh Demokrasi*. HTI merasa akan lebih mudah mengendalikan MPR dan DPRD dibandingkan memenangkan Pemilihan Langsung.
4. HTI berstrategi akan menghancurkan instrumen-instrumen yang menjadi penopang sistem Demokrasi Langsung dan Pemilihan Langsung. Instrumen-instrumen tersebut adalah *KPU dan lembaga survey*. KPU dan lembaga survey harus di-delegitimasi, dihancurkan citranya. Hancurkan dari luar maupun dari dalam.
5. Inilah strategi HTI menghancurkan lembaga survey dari dalam: kacaukan hasil survey. *Setiap survey membutuhkan responden*. Kalau anggota HTI (termasuk PKS dan FPI) terpilih sebagai responden survey, mereka akan memberi jawaban yang mengecoh. Misalnya, mengaku pilih Gerindra padahal hatinya pilih PKS. Mengaku pilih Jokowi padahal saat pencoblosan akan pilih Prabowo. Mereka akan delegitimasi hasil survey (seperti sudah terjadi dalam Pilgub Jabar dan Jateng, serta di Pilpres). Mereka berupaya membuat hasil survey-survey menjadi salah dan tidak akurat. Kalau saja 5% responden survey menjawab secara ngaco, hasil survey akan meleset. Ini strategi mereka.
6. Lalu, inilah cara HTI untuk menghancurkan KPU: *Susupi dan kacaukan dari dalam*. Orang-orang HTI di dalam KPU (juga Bawaslu) melakukan rekayasa kecurangan-kecurangan untuk kemudian mereka _blow-up_ sendiri.
7. HTI akan terus mendorong aksi tolak hasil quick count dan hasil penghitungan KPU (kecuali kalau calon mereka menang). Ini penting *agar pengikut dan simpatisan HTI merasa sebagai kaum yang terzolomi*. Delegitimasi hasil penghitungan KPU terutama akan dilakukan di daerah-daerah dimana Prabowo menang. Masyarakat di daerah-daerah tersebut akan lebih percaya telah terjadi kecurangan karena mereka hanya melihat di sekitarnya saja, di TPS dan desa masing-masing. Perasaan telah dicurangi dan dizolimi akan terus digelorakan.
8. Strategi berikutnya dari HTI adalah *mengisolir para pendukung*. Sebelum pemilu, anggota dan simpatisan HTI diminta untuk keluar dari grup-grup WA keluarga (yang beragam) agar tak terjebak dalam perang saudara dan tetap bisa menjaga silaturahmi. HTI bertujuan mengisolir para anggota san simpatisannya dari pengaruh dan argumentasi pihak-pihak lawan. Anggota dan simpatisan hanya diperbolehkan mengikuti berita yang tersebar di WAG-WAG yang berafiliasi ke kelompok khilafah. Berita politik hanya boleh ditonton di TV One.
9. Strategi HTI mengisolir pendukung dilakukan hingga tingkat keluarga, khususnya keluarga inti. Bagi HTI, keluarga adalah pusat dari gerakan. Karena itu, ada kebijakan anggota keluarga HTI tidak boleh menikah dengan orang-orang beda ideologi (yang percaya Pancasila atau yang NU). *HTI mendorong perjodohan sesama anggota dan simpatisan, kegiatan taaruf, poligami dan banyak anak*. Pergaulan dan pacaran dilarang.
10. HTI mendorong para anggota dan simpatisan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi yang eksklusif. *Anggota harus mengutamakan memilih dan memberi produk, bank dsb yang diproduksi/dimiliki sesama ikhwan (umumnya elite HTI)*. Mereka menjadikan kegiatan belanja menjadi bagian dari jihad, agar ekonomi kelompok terjaga.
11. Strategi lain HTI adalah *menyusup ke birokrasi dan pendidikan, serta kuasai BUMN-BUMN*. Ini bagian dari strategi besar HTI masuk ke lembaga-lembaga negara. Susupi birokrasi, pendidikan dan BUMN lewat mesjid-mesjidnya dan pengajian-pengajiannya. Radikalisasi para pegawai negeri, pegawai BUMN dan guru serta dosen. Selain itu, anggota dan simpatisan HTI harus saling mendukung dalam karir dan pendidikan. *Berikan beasiswa ke sesama anggota dan simpatisan HTI*.
12. Salah satu strstegi penting HTI lainnya adalah membanjiri konten-konten internet dan media sosial dengan buatan dan narasi mereka. Bagi HTI, yang penting adalah jumlah, bukan kualitas. Kenapa jumlah penting? Di era googling dan Youtube, konten bagus bisa ditutup konten yang populer. HTI punya pasukan khusus untuk menguasai kata kunci di Google dan Youtube. *Di era internet dan media sosial, konten adalah kunci!*
13. Perjuangan anggota dan simpatisan HTI *tak akan berakhir di tahun 2019 ini*. Gerakan dan provokasi mereka akan terus berlanjut ke depan, dari pemilu ke pemilu, dari pilkada ke pilkada, dan akan semakin besar.
14. *Gerakan khilafah akan berkolaborasi dan menunggangi siapa saja*, di setiap jenis pemilihan (sejak pemilihan RT dan ketua kelas), agar bisa terus menerus mengkonsolidasi pasukan loyalis. Tujuan mereka bukan semata kemenangan, tetapi konsolidasi dan delegitimasi Pemilihan Langsung dan Demokrasi Langsung.
Sahabat-sahabat, tengoklah di sekitar Anda. Apakah argumen dan strategi HTI di atas dapat tercium di sekitar Anda?
*Waspadalah! Lawanlah!*