Cuci Tangan Ala Tere Liye Usai Bunuh Karakter Jokowi-Ahok
30 Juli 2019 14:07
Setelah habis dibully di lapaknya, Tere Liye bangkit dari persembunyiannya. Dengan wajah penuh comberan Tere mencoba membilas wajahnya yang kadung kena lempar air got bulian dari orang yang tahu jahatnya tulisan Tere. Setelah bersih dibilas, Tere duduk di pojok kamar menyusun serangan baru.
Sepertinya Tere ketiban sial. Sialnya ini menjadi catatan hitam abadi yang akan melekat seumur hidupnya. Memelintir peristiwa usang bus Trans Jakarta yang teronggok berkarat dengan narasi bengkok agar orang yang membaca pelintirannya membenci orang yang dia benci. Jokowi dan Ahok.
Kadung malu tak terperi, Tere berpikir keras. Pilihannya ada dua. Meminta maaf dan mencabut tulisan itu. Atau membela diri dengan membuat narasi pembelaan baru. Keduanya dilema.
Alih-alih meminta maaf atas tulisan pelintiran jahatnya, Tere dengan jurus kampret menerkam nyamuk membuat narasi baru tentang bus rongsokan itu.
Kali ini Tere bak pemain sulap mencoba memainkan sulap menghapus jejak bodoh plintirannya.
Tere dengan percaya diri membela diri. Caranya dua obyek bangkai korupsi disatukannya. Bangkai candi Hambalang dan bangkai bus Trans Jakarta dijadikannya sebagai peringatan betapa jahatnya korupsi. Tere mencoba membelokkan penyerangan Jokowi Ahok dengan isu bangkai korupsi Bus Trans Jakarta dengan isu baru bahwa dirinya adalah pejuang anti korupsi.
Tere menulis:
"Ingatlah selalu dua prasasti ini. Betapa kejamnya dampak korupsi. Jika kalian jijik melihat proyek Hambalang yang terbengkalai, maka semestinya kalian juga akan muak melihat kuburan bus trans jakarta".
Saya tertawa geli melihat cara Tere menghapus dosa. Lagi-lagi pembaca tulisannya mau digiring dengan framing baru. Tere teriak "Woi.. Cebong!! Jika kalian jijik melihat proyek Hambalang yang terbengkalai, maka semestinya kalian juga muak melihat kuburan bus Trans Jakarta".
Hahaha.. Makin gendeng kamu Tere. Siapa yang gak jijik dengan bangkai bus Trans Jakarta itu? Ya jijiklah. Gue jijik banget dengan kongkalingkong pembelian bus busuk itu. Lha wong dulu semua cebong Ahoker mencaci maki pembelian bus berkarat itu. Apakah kamu tidak tahu ributnya kejijikan kami saat bus China itu masuk Jakarta?
Tere gue mau beri tahu kamu, kami jijik banget dengan korupsi. Sama seperti Hambalang juga. Itu uang pajak kami juga. Uang pajakmu juga. Uang pajak itu yang digarong koruptor untuk proyek abal-abal.
Masalahnya bukan soal obyek bangkai itu. Masalahnya kamu sebagai penulis memelintir cerita. Kamu dengan jahat menyembunyikan cerita sesungguhnya. Tulisanmu bukan untuk melawan koruptor. Tulisanmu itu kamu pakai untuk menyerang Jokowi Ahok.
Bangkai bus hasil kongkalingkong pejabat busuk dan pengusaha busuk itu kamu jadikan alat membunuh karakter Jakowi Ahok. Sejatinya kamulah koruptor sesungguhnya. Kamu mengkorupsi cerita yang sebenarnya dengan narasi plintiran. Tujuanmu jelas jahat. Jahat sekali.
Kamu menyamakan dua obyek bangkai korupsi Bus Trans Jakarta dan Candi Hambalang. Ya jelas keliru. Dua cerita yang alurnya beda. Tapi kamu jadikan sama agar orang berpikir jaman Jokowi Ahok gubernur ada juga korupsi gila-gilaan sama seperti jaman SBY dengan candi Hambalangnya.
Saya sampai menelan ludah pahit dengan tulisan pembelaan dirimu ini. Saya kira kamu kepeleset menulis, lalu sadar diri bahwa tulisanmu keliru. Lapang dada minta maaf dan mencabut tulisanmu. Ternyata memang benar kata temanku. Sesungguhnya kamu memang manusia jahat. Jahat sekali. Tulisanmu beracun. Racunnya mematikan.
Tere, semakin kamu membela diri dengan sejuta narasi busukmu, semakin nampak telanjang dirimu di mata publik. Kamu semakin ngawur menyamakan bangkai bus TransJakarta dan candi Hambalang. Padahal cerita mengapa dua bangkai itu terjadi sangat berbeda kronologisnya.
Lalu kamu menulis lagi:
"Tidak ada yang sedang menyalahkan siapapun di sini. Tidak ada yang menyebut nama siapapun. Fokus pada kejam nan biadabnya dampak korupsi. Ratusan milyar uang rakyat jadi kuburan; seharusnya kita sedih sekali. Siapapun kalian, siapapun idola kalian, korupsi adalah musuh bersama. Mari kita siapkan generasi berikutnya yang lebih amanah, jujur."
Coba perhatikan caramu menghapus belepotannya "kue tart" dimulutmu itu.
"Tidak ada yang menyebut nama siapapun", katamu.
Helloo Tere… Kamu menyebut gubernur periode lalu. Siapa mereka yang membuat persekongkolan? Gubermur periode lalu.
Dan kamu bilang tak menyebut nama siapapun? Banci sialan kamu Tere. Wong ribuan followermu mencaci maki Jokowi Ahok sebagai koruptor gegara narasi jahatmu itu. Dan kamu tertawa menyeringai atas caci maki followermu itu.
Sudahlah Tere.. Hentikan saja cuci tanganmu itu. Gak usah membela diri dengan narasi baru. Semua dunia sudah tahu betapa jahatnya pikiranmu. Jahat sekali.
Shame on you Tere..eh Darwis..
Salam perjuangan penuh cinta
Penulis: Birgaldo Sinaga
30 Juli 2019 14:07
Setelah habis dibully di lapaknya, Tere Liye bangkit dari persembunyiannya. Dengan wajah penuh comberan Tere mencoba membilas wajahnya yang kadung kena lempar air got bulian dari orang yang tahu jahatnya tulisan Tere. Setelah bersih dibilas, Tere duduk di pojok kamar menyusun serangan baru.
Sepertinya Tere ketiban sial. Sialnya ini menjadi catatan hitam abadi yang akan melekat seumur hidupnya. Memelintir peristiwa usang bus Trans Jakarta yang teronggok berkarat dengan narasi bengkok agar orang yang membaca pelintirannya membenci orang yang dia benci. Jokowi dan Ahok.
Kadung malu tak terperi, Tere berpikir keras. Pilihannya ada dua. Meminta maaf dan mencabut tulisan itu. Atau membela diri dengan membuat narasi pembelaan baru. Keduanya dilema.
Alih-alih meminta maaf atas tulisan pelintiran jahatnya, Tere dengan jurus kampret menerkam nyamuk membuat narasi baru tentang bus rongsokan itu.
Kali ini Tere bak pemain sulap mencoba memainkan sulap menghapus jejak bodoh plintirannya.
Tere dengan percaya diri membela diri. Caranya dua obyek bangkai korupsi disatukannya. Bangkai candi Hambalang dan bangkai bus Trans Jakarta dijadikannya sebagai peringatan betapa jahatnya korupsi. Tere mencoba membelokkan penyerangan Jokowi Ahok dengan isu bangkai korupsi Bus Trans Jakarta dengan isu baru bahwa dirinya adalah pejuang anti korupsi.
Tere menulis:
"Ingatlah selalu dua prasasti ini. Betapa kejamnya dampak korupsi. Jika kalian jijik melihat proyek Hambalang yang terbengkalai, maka semestinya kalian juga akan muak melihat kuburan bus trans jakarta".
Saya tertawa geli melihat cara Tere menghapus dosa. Lagi-lagi pembaca tulisannya mau digiring dengan framing baru. Tere teriak "Woi.. Cebong!! Jika kalian jijik melihat proyek Hambalang yang terbengkalai, maka semestinya kalian juga muak melihat kuburan bus Trans Jakarta".
Hahaha.. Makin gendeng kamu Tere. Siapa yang gak jijik dengan bangkai bus Trans Jakarta itu? Ya jijiklah. Gue jijik banget dengan kongkalingkong pembelian bus busuk itu. Lha wong dulu semua cebong Ahoker mencaci maki pembelian bus berkarat itu. Apakah kamu tidak tahu ributnya kejijikan kami saat bus China itu masuk Jakarta?
Tere gue mau beri tahu kamu, kami jijik banget dengan korupsi. Sama seperti Hambalang juga. Itu uang pajak kami juga. Uang pajakmu juga. Uang pajak itu yang digarong koruptor untuk proyek abal-abal.
Masalahnya bukan soal obyek bangkai itu. Masalahnya kamu sebagai penulis memelintir cerita. Kamu dengan jahat menyembunyikan cerita sesungguhnya. Tulisanmu bukan untuk melawan koruptor. Tulisanmu itu kamu pakai untuk menyerang Jokowi Ahok.
Bangkai bus hasil kongkalingkong pejabat busuk dan pengusaha busuk itu kamu jadikan alat membunuh karakter Jakowi Ahok. Sejatinya kamulah koruptor sesungguhnya. Kamu mengkorupsi cerita yang sebenarnya dengan narasi plintiran. Tujuanmu jelas jahat. Jahat sekali.
Kamu menyamakan dua obyek bangkai korupsi Bus Trans Jakarta dan Candi Hambalang. Ya jelas keliru. Dua cerita yang alurnya beda. Tapi kamu jadikan sama agar orang berpikir jaman Jokowi Ahok gubernur ada juga korupsi gila-gilaan sama seperti jaman SBY dengan candi Hambalangnya.
Saya sampai menelan ludah pahit dengan tulisan pembelaan dirimu ini. Saya kira kamu kepeleset menulis, lalu sadar diri bahwa tulisanmu keliru. Lapang dada minta maaf dan mencabut tulisanmu. Ternyata memang benar kata temanku. Sesungguhnya kamu memang manusia jahat. Jahat sekali. Tulisanmu beracun. Racunnya mematikan.
Tere, semakin kamu membela diri dengan sejuta narasi busukmu, semakin nampak telanjang dirimu di mata publik. Kamu semakin ngawur menyamakan bangkai bus TransJakarta dan candi Hambalang. Padahal cerita mengapa dua bangkai itu terjadi sangat berbeda kronologisnya.
Lalu kamu menulis lagi:
"Tidak ada yang sedang menyalahkan siapapun di sini. Tidak ada yang menyebut nama siapapun. Fokus pada kejam nan biadabnya dampak korupsi. Ratusan milyar uang rakyat jadi kuburan; seharusnya kita sedih sekali. Siapapun kalian, siapapun idola kalian, korupsi adalah musuh bersama. Mari kita siapkan generasi berikutnya yang lebih amanah, jujur."
Coba perhatikan caramu menghapus belepotannya "kue tart" dimulutmu itu.
"Tidak ada yang menyebut nama siapapun", katamu.
Helloo Tere… Kamu menyebut gubernur periode lalu. Siapa mereka yang membuat persekongkolan? Gubermur periode lalu.
Dan kamu bilang tak menyebut nama siapapun? Banci sialan kamu Tere. Wong ribuan followermu mencaci maki Jokowi Ahok sebagai koruptor gegara narasi jahatmu itu. Dan kamu tertawa menyeringai atas caci maki followermu itu.
Sudahlah Tere.. Hentikan saja cuci tanganmu itu. Gak usah membela diri dengan narasi baru. Semua dunia sudah tahu betapa jahatnya pikiranmu. Jahat sekali.
Shame on you Tere..eh Darwis..
Salam perjuangan penuh cinta
Penulis: Birgaldo Sinaga