*GOYANG LIDAH ALA GUBERNUR ASAL SEIMAN*
Oleh :
*Rudi S Kamri*
Seperti saya duga kepongahan seorang Anies Baswedan tidak pernah berubah. Disamping pongah dia juga sosok manusia inkonsisten yang handal. Kita ingat dulu saat dia belum di Pemerintahan, dia begitu menggebu-gebu menggelorakan ajakan merajut tenun kebangsaan. Tapi pada saat dia mengikuti Pilkada Jakarta justru dia yang merobek-robek tenun kebangsaan dengan cara menggunakan politik identitas keagamaan yang berbau rasisme.
Saat pidato pelantikan sebagai Gubernur diapun mengatakan bahwa Jakarta berhasil direbut kembali oleh pribumi. Kita paham kemana goyangan lidah Anies saat itu mengarah. Karena kita semua tahu rivalnya adalah BTP yang berasal dari etnis Tionghoa. Tapi Anies dan pendukungnya sok pura-pura lupa, bahwa Aniespun berasal dari etnis Arab yang juga bukan pribumi. Narasi seperti ini memang sengaja dia buat untuk menegaskan bahwa dia menggunakan politik identitas yang beraroma rasial.
Kebengkokan cara berpikir Anies kembali disuarakan saat dia meng-counter kritikan masyarakat tentang hancurnya seni instalasi bambu getah-getih. Dia langsung membela diri bahwa kalau patung yang dibuat dari besi pasti diimpor dari negeri Tiongkok atau China. Saya menduga keras kata Tiongkok atau China ini memang sengaja dia tegaskan dalam narasinya untuk meraih simpati kelompoknya yang anti China. Padahal semua orang tahu seni instalasi di ruang publik bisa saja dari bahan kuningan, tembaga atau bahan lain yang dengan mudah didapatkan di dalam negeri.
Narasi sentimen dan ketakutan negeri ini akan dikuasai negara China serta seolah pro dengan petani bambu adalah goyangan lidah yang sengaja dimainkan untuk membelokkan isu tentang gagalnya dia menghadirkan keindahan kota melalui instalasi bambu getah-getih. Anies bahkan dengan arogan mengatakan akan membangun semakin banyak instalasi serupa di berbagai sudut Jakarta. Kereeen.
Tapi apapun kepongahan seorang Anies Baswedan tidak perlu kita hadapi dengan emosional. Kehadiran dia sebagai pejabat publik adalah suatu keniscayaan dalam proses demokrasi yang telah kita sepakati bersama. Yang perlu kita tangkap dengan hati jernih bahwa apapun yang dilakukan Anies adalah merupakan proyeksi langkah ambisiusnya untuk tahun Pilpres 2024. Dan itu sah-sah saja.
Kita harus menghadapi realita ini dengan cerdas dan hati dingin. Tahun 2024 pasca Jokowi memang masa yang sangat kritis bagi bangsa dan negara ini. Apakah kita mampu menghadirkan seorang pemimpin Indonesia yang se-kualitas Jokowi atau kita biarkan akan jatuh ke tangan kaum rasis intoleran yang didukung kelompok radikalis pro khilafah ?
Pilihan pada kita ......
*Salam SATU Indonesia*
20072019
Oleh :
*Rudi S Kamri*
Seperti saya duga kepongahan seorang Anies Baswedan tidak pernah berubah. Disamping pongah dia juga sosok manusia inkonsisten yang handal. Kita ingat dulu saat dia belum di Pemerintahan, dia begitu menggebu-gebu menggelorakan ajakan merajut tenun kebangsaan. Tapi pada saat dia mengikuti Pilkada Jakarta justru dia yang merobek-robek tenun kebangsaan dengan cara menggunakan politik identitas keagamaan yang berbau rasisme.
Saat pidato pelantikan sebagai Gubernur diapun mengatakan bahwa Jakarta berhasil direbut kembali oleh pribumi. Kita paham kemana goyangan lidah Anies saat itu mengarah. Karena kita semua tahu rivalnya adalah BTP yang berasal dari etnis Tionghoa. Tapi Anies dan pendukungnya sok pura-pura lupa, bahwa Aniespun berasal dari etnis Arab yang juga bukan pribumi. Narasi seperti ini memang sengaja dia buat untuk menegaskan bahwa dia menggunakan politik identitas yang beraroma rasial.
Kebengkokan cara berpikir Anies kembali disuarakan saat dia meng-counter kritikan masyarakat tentang hancurnya seni instalasi bambu getah-getih. Dia langsung membela diri bahwa kalau patung yang dibuat dari besi pasti diimpor dari negeri Tiongkok atau China. Saya menduga keras kata Tiongkok atau China ini memang sengaja dia tegaskan dalam narasinya untuk meraih simpati kelompoknya yang anti China. Padahal semua orang tahu seni instalasi di ruang publik bisa saja dari bahan kuningan, tembaga atau bahan lain yang dengan mudah didapatkan di dalam negeri.
Narasi sentimen dan ketakutan negeri ini akan dikuasai negara China serta seolah pro dengan petani bambu adalah goyangan lidah yang sengaja dimainkan untuk membelokkan isu tentang gagalnya dia menghadirkan keindahan kota melalui instalasi bambu getah-getih. Anies bahkan dengan arogan mengatakan akan membangun semakin banyak instalasi serupa di berbagai sudut Jakarta. Kereeen.
Tapi apapun kepongahan seorang Anies Baswedan tidak perlu kita hadapi dengan emosional. Kehadiran dia sebagai pejabat publik adalah suatu keniscayaan dalam proses demokrasi yang telah kita sepakati bersama. Yang perlu kita tangkap dengan hati jernih bahwa apapun yang dilakukan Anies adalah merupakan proyeksi langkah ambisiusnya untuk tahun Pilpres 2024. Dan itu sah-sah saja.
Kita harus menghadapi realita ini dengan cerdas dan hati dingin. Tahun 2024 pasca Jokowi memang masa yang sangat kritis bagi bangsa dan negara ini. Apakah kita mampu menghadirkan seorang pemimpin Indonesia yang se-kualitas Jokowi atau kita biarkan akan jatuh ke tangan kaum rasis intoleran yang didukung kelompok radikalis pro khilafah ?
Pilihan pada kita ......
*Salam SATU Indonesia*
20072019