Tuesday, 24 March 2020

Gara-gara "Lockdown", Permintaan Minyak Sawit Diprediksi Melemah di Paruh Pertama

Gara-gara "Lockdown", Permintaan Minyak Sawit Diprediksi Melemah di Paruh Pertama 
Tuesday, March 24, 2020       14:15 WIB

Ipotnews - Kejatuhan permintaan minyak sawit baru-baru ini diperkirakan bertahan sampai semester pertama 2020, karena semakin banyak negara memberlakukan  lockdown  untuk menahan wabah virus korona, tutur regulator industri minyak sawit Malaysia.
Virus korona yang menyebar cepat telah menginfeksi lebih dari 350.000 orang dan membunuh lebih dari 15.000, mendorong pemerintah di seluruh dunia untuk mengikuti langkah China dalam membatasi pergerakan internal, demikian laporan  Reuters , di Kuala Lumpur, Selasa (24/3).
Penguncian yang meluas itu mengakibatkan ditutupnya puluhan ribu kantin dan restoran, menghambat permintaan minyak nabati di importir terbesar, India, China dan Uni Eropa, kata Dewan Minyak Kelapa Sawit Malaysia ( MPOB ).
"Permintaan minyak sawit untuk makanan dan prosesing di China, dan biodiesel di UE, melambat karena  lockdown  tersebut," ungkap Dirjen MPOB , Ahmad Parveez Ghulam Kadir, menanggapi pertanyaan yang dikirim melalui  email .
Ekspor minyak sawit Malaysia sepanjang Februari anjlok 10% dari bulan sebelumnya, dan para  trader  memperkirakan ekspor Maret merosot lebih lanjut sekitar 20% lebih lanjut.
Malaysia adalah produsen dan eksportir minyak sawit terbesar kedua di dunia setelah Indonesia.
Permintaan Biodiesel
Permintaan minyak sawit juga terpukul oleh jatuhnya pasar minyak mentah setelah perang harga antara Arab Saudi, Rusia dan eksportir lainnya bulan ini.
"Untuk pasar ekspor, ada tantangan dalam mempertahankan permintaan biodiesel karena minyak mentah Brent diperdagangkan pada tingkat yang rendah," kata Ahmad Parveez.
Minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan di posisi USD27,65 per barel pada sesi Selasa, turun hampir 60% sejak awal tahun.
Karena minyak mentah kehilangan nilainya dibandingkan minyak sawit, minyak nabati menjadi pilihan yang kurang menarik sebagai bahan baku biodiesel.
Asosiasi Biodiesel Malaysia mengatakan kepada  Reuters  bahwa mereka memperkirakan ekspor biodiesel sawit turun menjadi 500.000 ton tahun ini, menyusut dari 609.777 ton pada 2019.
Ekspor biodiesel Malaysia pada Februari anjlok 50% menjadi 21.790 ton dari bulan yang sama tahun sebelumnya.
"Untuk semester kedua tahun ini, ketidakseimbangan pasokan-permintaan diperkirakan memperlihatkan prospek yang lebih cerah karena China sekarang pulih dari wabah tersebut dan negara-negara penghasil minyak sawit menghadapi pasokan yang ketat," kata Ahmad Parveez.
Patokan minyak sawit berjangka Malaysia turun sekitar 25% dari ketika China pertama kali mengumumkan  lockdown  pada Januari menjadi 2.307 ringgit (USD520,40) per ton, Selasa. (ef)


Sent from Yahoo Mail for iPhone