Tuesday, 4 September 2018

*Presiden Cuma Tidur 3 Jam Untuk Negara Indonesia, agar Rupiah Terus Menguat!*

*Presiden Cuma Tidur 3 Jam Untuk Negara Indonesia, agar Rupiah Terus Menguat!*

*Dunia saat ini sedang kacau*, kebijakan normalisasi moneter & kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve, serta *perang dagang* dengan negara Tiongkok, telah *berimbas negatif pada banyak negara*, termasuk emerging economies.

Beberapa *negara yg memiliki fondasi ekonomi yang rentan*, ditambah dengan *kebijakan ekonomi mereka yang dianggap tidak konsisten dengan fundamental ekonominya,* telah mengalami krisis seperti Venezuela, Argentina, Malaysia, Iran, serta Turki

Saya minta kepada semua pihak, warga negara Indonesia khususnya, saat ini kita memang sedang sebentar lagi memasuki masa Pilpres, tapi bukan berarti, *momen yang berskala global* ini dijadikan *alasan untuk mengerogoti Pemerintah*, padahal *kerjanya sudah sangat bagus*.
Stop fitnahmu wahai gerombolan oposisi. Jangan beri *racun tekanan dari dalam negeri*, yg membuat kita *menghabiskan energi-energi tidak penting, padahal tidak genting.*

Pak Jokowi Harus Tak Tidur untuk Kejar Ketertinggalan RI
Paling lama 3 jam, kemudian setelahnya kerja & kerja. Kalau kalian bilang negara ini sedang terancam, iya memang benar, tapi *skala terancam itu ada ukurannya*, masih peringatan? Atau sudah lampu merah?
Nyatanya *kita masih dalam batas yg aman*, dan karena beliau dengan kebijakannya bersama para menteri. *Indonesia tidak hancur* seperti *tahun 98 jaman mertuanya Prabowo* itu.

Perlu dibedakan, dan tidaklah sama era Soeharto dengan Jokowi saat ini.

20 tahun lalu ada *masalah politik yg kuat & terlalu runyam*. Sebab terjadi pergantian rezim pemerintahan otoriter.

Kalau sekarang itu Indonesia, sepenuhnya *masalah ekonomi & sentimen global*, salah satunya Rilis data PMI China di bulan Agustus yg turun menjadi 50,6 berpotensi mempengaruhi pergerakan rupiah.
Kenapa bisa bergejolak? Karena *ekonomi China terancam melambat*. Alhasil, *nilai ekspor Indonesia ke China berpotensi berkurang.*

Kondisi fundamental perekonomian Indonesia yang sekarang juga sangat berbeda dengan kondisi fundamental pada tahun 1998. Saat itu krisis yang berawal dari krisis mata uang Thailand Bath. Krisis utang swasta pada 1997-1998 tersebut yang mendorong tekanan pada rupiah di mana tingkat *depresiasi rupiah mencapai sekitar 600%* dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun, yaitu dari *Rp 2.350* per dolar menjadi *Rp 16.650* per dolar

Karena tiba-tiba melonjak, jaman era mantan mertuanya Prabowo itu, rakyat benar-benar tercekik.
Karena sederhana saja, gaji UMR DKI ada di angka Rp 192.000 per bulan, *gaji tidak bertambah*, sedangkan *harga pokok barang meningkat semuanya*, terlebih *banyak yg di PHK* akibat krisis moneter saat itu,

Menteri keuangan terbaik yang Indonesia punya, sudah memprediksi hal ini akan terjadi, *RAPBN 2019 dirancang* untuk mampu mengantisipasi terus berlangsungnya *gejolak global.*

APBN memiliki fungsi sebagai instrumen untuk *alokasi, distribusi, & stabilisasi*.
Ketiga fungsi tersebut harus makin dioptimalkan, agar perekonomian Indonesia relatif tetap terjaga & dapat menyesuaikan terhadap lingkungan normal baru.

Dimulai dari "alokasi, distribusi, & stabilisasi", Pak Jokowi sebulan yg lalu sudah mengeluarkan kebijakan bahan bakar biodiesel 20 persen ( B20 ) yang dimulai saat pembukaan pameran GIIAS 2018

Apa itu kebijakan B20? Kebijakan B20 adalah pencampuran solar dengan 20% minyak kelapa sawit.

Secara sederhana, dengan pencampuran ini, *Alokasi dana impor solar* bisa digunakan untuk hal lain yang lebih potensial dan menguatkan cadangan devisa negara. Dalam distribusinya yang merata diseluruh SPBU, ditambah pemerintah memberi ancaman kepada pihak/oknum yang nakal tidak mengikuti kebijakan B20 ini, hasilnya adalah stabilisasi harga untuk setiap masyarakat yang membutuhkan solar untuk keperluan logistiknya.

Solar tidak mahal, dapur ibu rumah tangga tidak naik karena ongkos distribusi bahan pokok tetap sama. Terlebih era Jokowi *para mafia pangan, minyak* dan segala macam keperluan emak-emak "yang tidak bersyukur pada pemerintah saat ini" sudah ditangkap semuanya. *Tidak ada pengelembungan harga.*

Pemerintah juga mengerjakan hal-hal lain, tidak hanya program diatas, *Pemerintah bersama-sama otoritas moneter*, yakni Bank Indonesia & Otoritas Jasa Keuangan terus melakukan bauran kebijakan untuk *menjaga stabilitas & penyesuaian terhadap tantangan baru*, dengan *mengurangi sumber kerentanan perekonomian* Indonesia, terutama yang berasal dari defisit transaksi berjalan.

Dan hari ini terbukti, sempat melemah hingga Rp 14.845 per dollar Amerika Serikat (AS) pada pukul 8.31 WIB, Selasa (4/9), rupiah mulai menguat . Mengutip Bloomberg pukul 10.05 WIB, rupiah menguat 0,24% ke level Rp 14.780 per dollar AS. Sekarang terus meningkat tipis menuju angka tukar terendah dengan mata uang negara Amerika tersebut.

Perekonomian tetap mampu menjaga ketahanannya secara fleksibel & terus dapat menjaga momentum kemajuan.

Jadi bersyukurlah kita, era Jokowi saat *Amerika yg sedang haus* untuk memberatkan negara berkembang, *Indonesia mampu mengatasi krisis ini dengan LUAR BIASA*.
UMR Terendah gaji 2018 saat ini masih bisa membuat para ibu-ibu membeli semua kebutuhan pokok karena harganya tidak naik sama sekali.

*Negara kita harus lebih dewasa saat ini*, Presiden kita tidak pernah letih untuk mencintai rakyatnya agar terus makmur & jaya.

*Hidup Indonesia !!!*