Pages

Friday, 7 July 2023

Asal Mula Depok


*IKHWAL DEPOK*


*Pemda Depok Melarang Tugu Chastelein karena Ia Bekas Penjajah, Seharusnya Juga Mengganti Nama Depok, karena Berhubungan dengan Penjajah, oleh Opa Jappy 9 September 2 014*

Saya baru sempat membaca di kompas.com, dan menurutku, news tersebut sangat lucu, memalukan, dan sekaligus penuh dengan keanehan, serta menunjukan kualitas *wawasan sejaran aparat Pemda Kodya Depok yang sangat rendah*.

Pemda Kodya Depok, melarang Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein, (yang beranggotakan orang-orang asli Depok) membangun tugu Cornelis Chastelein di halaman RS Harapan, milik YLCC. 

Pelarangan tersebut, menurut Pemda Depok karena Chastelein, yang berkebangsaan Belanda, adalah penjajah; ia tidak layak dikenang, apalagi dihormati.

Larangan dengan alasan "cukup masuk akal sehat" tersebut, menurut salah satu anggota dan pengurus YLCC, Yano Jonathans,

"Saya akui dia memang penjajah karena datang ke Indonesia untuk bekerja di VOC, *tapi hatinya itu humanis*. Dia perhatian sekali dengan Depok.

Chastelein datang dari Belanda ke Indonesia pada umur 17 tahun untuk bekerja di VOC. Setelah bekerja selama 19 tahun, ia mengundurkan diri dari VOC karena tak sepaham dengan pemimpin VOC yang baru. 

Setelah pensiun, ia membeli lahan di pinggiran Jakarta yang kemudian dikenal dengan Depok. Di sana, ia mempekerjakan 150 budak yang didatangkan dari berbagai wilayah.

Ketika Chastelein meninggal pada 28 Juni 1714, ia meninggalkan wasiat yang menyatakan semua budaknya merdeka dan seluruh tanah Depok adalah milik para budak tersebut. 

Budak-budak inilah yang menurunkan orang-orang asli Depok atau dikenal dengan "Belanda Depok". 

_Atas kebaikan hati Chastelein, setiap 28 Juni, orang asli Depok memperingatinya sebagai "Depokse Dag" (Hari Depok)._

Pada peringatan ke-300 Hari Depok, 28 Juni 2014, YLCC mencoba untuk membangun kembali tugu Chastelein yang terletak di halaman depan Rumah Sakit Harapan, Jalan Pemuda, Pancoranmas, Depok

Tapi, tugu tersebut dihancurkan massa karena dianggap sebagai simbol antek-antek Belanda. 

Kita bangun tugu, tapi Dinas Pariwisata nggak mengizinkan. Alasannya karena Belanda penjajah. Padahal, kami bangunnya di atas kebun sendiri atau lahan milik YLCC. Akhirnya, sekarang tugu itu kami tutupi terpal.

*Selintas tentang Cornelis Chastelein  dan Depok*

Cornelis Chastelein, 10 Agustus 1657, seorang pegawai VOC, meminta pensiun dini dari Kompeni. 

Setelah permohan pensiunnya diterima, pada tanggal 18 Mei 1696, ia membeli dan menguasai tanah yang luas di kawasan Selatan Batavia; mendapat hak penguasaan tanah di "Siringsing" (sekarang Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan) sejak 1695, dekat "Pal 17", sekitar 25km selatan Batavia. 

Seluruh komplek tanah yang dijadikan perkebunan mencakup areal yang terletak di Depok,  Mampang, Karanganyar, dan dua lahan kecil di tepi Ciliwung antara Batavia dan Buitenzorg, Ratu Jaya, hingga Bojonggede; ia berencana membangun kawasan itu sebagai perkebunan karet serta tanaman konsumsi lainnya.

Oleh sebab itu, dalam rangka menunjang rencananya, Chastelein pergi ke wilayah timur Nusantara, dan mengajak kaum pribumi untuk bekerja dengannya; mereka tidak dijadikan pekerja biasa atau pun budak, namun sebagai "anak angkat," hal itu sesuai dengan jalan folosif hidupnya yang humanis. 

Hasil dari hunting pekerja  tersebut,  Chastelein mendapat ratusan orang dari Bali, Makassar, Timor, Maluku, Jawa, Rote, dan Filipina; semuanya dibiayai oleh Chastelein untuk datang dan tinggal Kawasan yang ia beli atau miliknya.

Mereka, para pekerja tersebut,  "diatur ulang" sesuai dengan asal daerah, etnis, dan hubungan kekerabatan.

Kemudian dibagi ke dalam 12 kelompok besar, yaitu, 
1. Jonathans, 
2. Laurens, 
3. Bacas, 
4. Loen, 
5. Soedira, 
6. Isakh, 
7. Samuel, 
8. Leander, 
9. Joseph, 
10. Tholense, 
11. Jacob, 
12. Zadokh

Dua belas kelompok itu, bukan saja pekerja biasa, pada sore hingga malam hari, mereka harus belajar Injil. 

Jadi, kelompok Chastelein tersebut, juga membangun kebersamaan dan persekutuan sebagai umat, *sesama "anak angkat,"* dan belajar bersama. Mereka menjadi suatu komunitas besar dengan titik pusatnya adalah Cornelis  Chastelein.

_Kawasan yang menjadi interaksi komunitas  Cornelis  Chastelein disebut atau diberi nama *De Eerste Protestante  Organisatie van Christenen,* disingkat dan diindonesiakan sebagai, DEPOK._

Sebutan itu, juga merupakan asal nama koat Depok. Sama halnya dengan "sejarah kata depok dan pedepokan. "Padepokan, dari depok, merupakan suatu kawasan yang di dalamnya ada kumpulan orang membangun komunitas belajar (misalnya agama, bela diri, dan lain-lain) serta terjadi interaksi sosial, agama, budaya yang dekat satu sama lain.

Bahkan bisa membangun suatu kebiasaan baru hasil dari interaksi dari latar belakang budaya masing-masing orang yang (datang) tergabung di dalamnya. 

Pada pedepokan, ada satu titik sentral (misalnya tuan tanah, guru, suhu, yang utama), ketika ia meninggal, maka akan diganti oleh orang yang menjadi pewarisnya.

Sebelum kematiannya Cornelis  Chastelein, sudah mempersiapkan penggantinya di Depok; ketika  28 Juni 1714 ia meninggal pada umur 56 tahun), anak-anaknya (Anthony dan Maria), membacakan wasiat ayah mereka, bahwa Depok dihibahkan kepada ke 12 kolompok pekerjanya, "dihibahkannya kepada ke-12 famili bekas budaknya sampai keturunan-keturunannya:  

_Vrijgegeven lijfeigenen benevens haar nakomelingen het land voor altijd zouden bezeeten ende gebruy_ 

atau 

_"Tanah ini dihibahkan kepada setiap dari mereka berikut keturunannya dengan kepemilikan sepanjang diperlukan."_

Anak cucu atau keturuan kedua belas "anak angkat" Cornelis Chastelein itulah, yang menjadi leluhur warga Depok Lama atau komunitas asli Depok.

Tahun 1871 Pemerintah Belanda mengizinkan daerah Depok membentuk Pemerintahan dan Presiden sendiri setingkat Gemeente (Desa Otonom). Keputusan tersebut berlaku sampai tahun 1942.  

Gemeente Depok diperintah oleh seorang Presiden sebagai badan Pemerintahan tertinggi. Di bawah kekeuasaannya terdapat kecamatan yang membawahi mandat (9 mandor) dan dibantu oleh para Pencalang Polisi Desa serta Kumitir atau Menteri Lumbung.  

Daerah teritorial Gemeente Depok meliputi 1.244 Ha, namun  dihapus pada tahun 1952 setelah terjadi perjanjian pelepasan hak antara Pemerintah RI dengan pimpinan Gemeente Depok, 

Jadi, nama DEPOK adalah peninggalan Penjajah Belanda.

Sayangnya, sejarah asal mula Depok dan nama Depok itu, tidak menjadi bagian dari Sejarah Asal Mula Kota Depok menurut Pemda Depok. 

Mungkin karena alasan atau latar belakang "unsur agama serta Belanda" itulah maka Pemda Depok tak memasukannya. Siapa tahu!?

*Sejarah Depok Menurut Pemda Kodya Depok*

Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung Kabupaten Bogor, kemudian pada tahun 1976 perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun pengembang yang kemudian diikuti dengan dibangunnya kampus Universitas Indonesia (UI), serta meningkatnya perdagangan dan jasa yang semakin pesat sehingga diperlukan kecepatan pelayanan.

Pada tahun  1981 Pemerintah membentuk Kota Administratif Depok berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1981 yang peresmiannya pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri dalam Negeri (H. Amir Machmud) yang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan dan 17 (tujuh belas) Desa, yaitu :

Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu Desa Depok, Desa Depok Jaya, Desa Pancoram Mas, Desa Mampang, Desa Rangkapan Jaya, Desa Rangkapan Jaya Baru.

Kecamatan Beji, terdiri dari 5 (lima) Desa, yaitu : Desa Beji, Desa Kemiri Muka, Desa Pondok Cina, Desa Tanah Baru, Desa Kukusan.

Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu : Desa Mekarjaya, Desa Sukma Jaya, Desa Sukamaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru, Desa Kalimulya.

Kembali ke alasan Pemda Depok melarang adanya tugu Cornelis Chastelein. 

Berdasar lintasan sejarah Depok di atas, bisa dimengerti bahwa Pemda Depok yang 10 tahun terakhir dikuasai oleh PKS, tentu snagat anti pada semua hal yang berhubungan dengan Belanda, atau sering disebut sebagai Penjajah. Dan itu menjadi alasan utama mereka melarang berdirinya Cornelis Chastelein0 di Kota Depok.

Jika seperti itu, maka sesuai dengan sejarah nama Depok, maka seharusnya Kodya Depok berganti nama, karena Depok berasal atau singkatan  dari De Eerste  Protestante Organisatie van Christenen; nama yang berhubungan dengn Belanda serta Kristen. 

Demikian juga dengan sejarah asal mula Komunitas Asli Depok, yang adalah keturuan 12 kelompok  pekerja, budak, "anak angkat" dari Cornelis Chastelein, sama sekali tidak menjadi bagian dari Sejarah Kota Depok atau asal mula keberadaan Depok. 

Mungkin saja karena alasan-alasan itulah, maka terjadi "penggelapan sejarah Kota Depok" oleh Pemda Depok.

Berdasar semuanya itu, jika Pemda Depok melarang Tugu Cornelis Chastelein, maka harusnya juga melarang penyebutan nama Depok.

*Opa Jappy | Pecinta Sejarah Sekitaran Taman Hutan Universitas Indonesia, Depok#Jabar*


NKRI 🇮🇩🇮🇩🇮🇩 

.